Ada data sejarah bahwa rasulullah dalam peperangannya selalu mengajak wanita untuk ikut berperan, tentunya tidak mengurangi nilai-nilai yang ada dalam wanita itu sendiri, satu contoh, mereka ada yang ditugaskan untuk tim medis, mulai dari mengobati, memberi minum, memberi makan, menyediakan pakaian bagi para pasukan pernag, bahkan mereka terkadang ikut berperang.
didalam buku thabaqat nya ibny ssad disebutkan bahwa ummu imarah binti kaab adalah seorang sahidah dalam perang uhud beserta suaminya yang bernama huzaih bin amr dan anak laki-lakinya, kronologisnya, pada waktu siang hari ia menunggang kuda bergabung dalam pasukan perang dengan tujuan untuk mengobati pasukan yang terluka, tetapi setelah perang berkecamuk ia terpaksa ikut bertempur di medan laga dan ia terluka dua belas luka-luka, mulai dari terkena tombak dan sabetan pedang.
kejadian-kejadian ini terus menghiasi wanita setelah wafatnya rasulullah,banyak nama tentang wanita sebagai syahidah, seperti nasibah dan sofia, khulah binti azur yang kesemuanya tewas dalam peperangan melawan romawi, bahkan sampai peperangan suci (salib).
dan sungguh umi hakim juga terbunuk dengan tujuh luka, ketika mengiringi pasukan khalid bin said bin ash.
imam thabari menyebutkan peran-peran wanita ini yang dikutip dari istrinya himam bin haris al-nakhoi berkata,” saya dengan saad bin abi al waqqash telah menyaksikan perang suci ketika kami selesai berperang, kami diserang oleh pihak lawan, maka kami segera mengambil tongkat besar pada saat itu tak seorang pun muslimin yang bisa aku tolong dan tak satupun musyrik yang mampu aku bunuh, tetapi aku terus bertempur dan mengajak para pemuda yang masih kecil berperang bersama-sama melawan pihak lawan.”
ketika permasalahan ini bergulir dan diadakannya pemisahan-pemisahan bagian mereka, maka saya sendiri telah memaparkan panjang lebar peran-peran mereka dalam berbagai kelompok sehingga sejarah sendiri tidak akan termanipulasi oleh kesombongan-kesombongan mereka, ini terbukti oleh kabilah-kabilah nakhoi- sesuai yang dikemukakan oleh al-thabari,”ada tujuh ratus wanita yang tidak mempunyai suami dan dalam kabilah itulah ada seribu wanita byang pada saat berperang mempunyai suami semua, padahal kabilah nakhoi itu sendiri sudah terkenal dengan keluarga muhajirin”.
rasulullah sendiri dalam hidupnya banyak meminta wanita untuk berjihad dan berkumpul dengan mereka dalam berbagai persoalan, sehingga ini tidak heran dipraktikkan juga oleh khalifah-khalifah rasulullah bahkan setelah kekhalifahan rasul tersebut. ini terbukti dengan peran mereka dam ilmu pengetahuan yang terus dikembangkan oleh mereka, tetapi kemudian ada sebagian golongan yang menyangsikan fakta tersebut, seperti najdah bin amir al khururi pernah mengirim surat kepada ibnu abbas.
di dalam dunia politik yang penuh dengan kecurangan, rahasia, dan lain-lain, maka disinilah wanita diharamkan apabila ia berbuat kekacauan di tengah masyarakat dan berhati. tetapi apabila masalah jihad, tentu masalahnya sudah jelas dalam arti wanita mempunyai hak dan kewajiban.
Wanita Berperang
Peran Politik Wanita
Oleh: M Hilman Fikri
“… pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu Negara, kesejahteraan dunia dan perjuangan menjaga perdamaian menuntut partisipasi penuh kaum perempuan dalam kedudukan yang sejajar dengan laki-laki dalam segala bidang.”
(Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, tahun 1979)
Sebagai bagian dari masyarakat, kaum perempuan memiliki arti dan peran yang penting dalam turut serta membangun bangsa. Termasuk juga mengkritisi berbagai keadaan yang saat ini sedang terjadi.
Indonesia, pada tahun 1968 telah meratifikasi konvensi PBB tentang hak-hak politik perempuan (The UN Convention the Elimination of all Forms of Discrimination against Woman - CEDAW), bahwa dalam kehidupan Indonesia, laki-laki dan perempuan memiliki kesejajaran dan memiliki hak sama. Bahkan baru-baru ini diundangkan UU 12/2003 pasal 65 ayat 1 yang menyebutkan, “setiap parpol peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen”.
Dari semua hal di atas bisa kita lihat bahwa kini, perempuan memiliki celah dan peluang begitu besar untuk turut serta dalam menentukan arah bangsa ini. Termasuk peluang perempuan dalam kancah perpolitikan. Pertanyaannya apakah kaum perempuan kapabilitas dalam hal tersebut? Bisa ya, bisa tidak.
Pertama, bila kita cermati saat ini, partisipasi wanita dalam kancah perpolitikan tidak begitu tinggi atau dengan kata lain kita sebut masih rendah. Yang saya lihat secara pribadi adalah bukan karena kesempatan ataupun peluang bagi perempuan untuk masuk ke dalamnya (kancah politik; parlemen; partai) rendah melainkan karena perempuan itu sendiri yang dalam kodratnya lebih memilih untuk sibuk dalam mengurusi keluarga serta anak-anaknya yang kelak menjadi generasi penerus. Sehingga kaum perempuan tidak terlalu berorientasi pada kancah politik. Menurut Taqiyuddin An-Nabhani, setiap manusia memiliki tiga macam naluri, yaitu naluri mempertahankan diri, naluri mensucikan sesuatu, dan naluri untuk melestarikan keturunan. Agaknya memang kaum perempuan tidak bisa menghindarkan diri dari kodratnya sebagai makhluk paling halus sejagat dan lebih condong dalam memenuhi nalurinya sebagai manusia lembut yang lebih mengutamakan keluarganya.
Kedua, tampilnya sosok wanita menjadi pemimpin suatu partai, parlemen ataupun wilayah tertentu ternyata tidak menjamin keterwakilan kaum perempuan di dalamnya. Indonesia dan Banten contohnya. Apakah dengan hadirnya Megawati sebagai presiden mampu membuat suatu gebrakan tertentu yang begitu berarti bagi kaum perempuan? Saya rasa tidak, bahkan baru-baru ini Gubernur Banten Ratu Atut Chosyiyah diprotes oleh sejumlah aktivis perempuan karena dianggap belum mampu meningkatkan harkat dan martabat perempuan di daerah yang dipimpinnya.
Ketiga, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan kadang diartikan keliru oleh kita semua. Aktualisasi diri yang dilakukan kaum perempuan tak jarang hanya menjadi ladang eksploitasi dan menjadi bumerang bagi perempuan yang dilakukan oleh beberapa pihak. Atau istilahnya perempuan tak lebih hanya menjadi barang dagangan. Dalam iklan suatu produk ataupun situs porno sekalipun, perempuan hanya menjadi objek. Menjadi tak lebih dari hiasan agar barang bisa cepat laku terjual. Begitu riskan dan begitu memprihatinkan.
Di beberapa negara, di Barat contohnya, atas dasar aktualisasi dan kesetaraan terjadi lost of generation (generasi yang hilang) sebab para wanita tidak mau menikah alih-alih hamil, karena hal itu dianggap bentuk kekerasan pada wanita. Sebuah contoh, demi mengejar kekayaan materi dan kebebasan mereka mengabaikan peran wanita sebagai ibu yang memiliki dampak signifikan bagi negara yang telah menerapkan konsep-konsep gender, melalui berbagai cara termasuk lewat undang-undang.
Denmark dan Norwegia memiliki partisipasi paling tinggi di dunia dalam hal perempuan bekerja. Di Norwegia pada tahun 1963 wanita pekerja hanya 14% yang punya bayi, pada tahun 1969 meningkat 69%. Pada tahun 1985 di Denmark hanya 5% anak-anak di bawah 6 tahun yang mendapat asuhan dari ibunya. Negara-negara di Skandinavia terkenal dengan tingkat ketidakstabilan atau perpecahan keluarga yang paling tinggi di dunia saat ini. Angka perceraian meningkat 100% dalam kurun waktu 20 tahun.
Keempat, politik dalam banyak arti ternyata tidak selalu harus berhubungan dengan parpol, parlemen ataupun kekuasaan. Politik dalam arti lainnya adalah mengurusi masyarakat. Oleh karena itu perempuan dalam berpolitik tidak harus masuk parpol ataupun masuk parlemen. Tapi bagaimana kemudian perempuan mampu lebih banyak berperan membangun masyarakat dan bangsa di ranah yang lain. Entah itu dari segi pembangunan intelektualitas ataupun keterampilan hidup. Tentunya dengan lebih mengutamakan keluarganya dibandingkan yang lain. Pendidikan dari keluarga, terlebih seorang ibu akan menjadi dasar dalam perkembangan anak yang kemudian selanjutnya menjadi generasi dan tumpuan hidup bangsa ini. Pendidikan yang baik dari sebuah keluarga bagi anaknya tentunya akan menghasilkan anak yang baik pula dan sebaliknya.
Terakhir, kesejajaran yang ada saat ini hendaknya juga turut serta didukung pemerintah dengan cara meminimalisir berbagai eksploitasi dan kejahatan terhadap wanita dengan cara meningkatkan dan memperbaiki tata pendidikan serta sistem hukum yang ada. Sehingga wanita bisa berperan optimal dan suatu saat mampu mencetak generasi-generasi tangguh dalam membangun Indonesia kedepan. Saya rasa harapan Kartini pun seperti itu, menginginkan Indonesia menjadi lebih baik. (*)
Mahasiswa Administrasi Negara FISIP UNTIRTA
Terorisme, Isu Terkini di Indonesia
Sering mendengar kata “terorisme”? tentu anda akan menjawab ya. Memang, bukan sebuah istilah baru bagi kita, rakyat jelata ini. Terorisme yang diidentikkan dengan kecaman Islam radikal akan pemerintah kapitalis sering menjadi headline di berita-berita dalam berbagai bentuk media. Namun, sudahkah kita memahami arti sebenarnya dari terorisme itu sendiri. Karenanya, marilah kita mengkaji bersama dalam rubrik kali ini.
Sering mendengar kata “terorisme”? tentu anda akan menjawab ya. Memang, bukan sebuah istilah baru bagi kita, rakyat jelata ini. Terorisme yang diidentikkan dengan kecaman Islam radikal akan pemerintah kapitalis sering menjadi headline di berita-berita dalam berbagai bentuk media. Namun, sudahkah kita memahami arti sebenarnya dari terorisme itu sendiri. Karenanya, marilah kita mengkaji bersama dalam rubrik kali ini.
Terorisme mencuat sesaat setelah peristiwa hancur leburnya gedung kembar WTC di Amerika Serikat 7 tahun yang lalu. Presiden George W.Bush lanatullahalaih itu tanpa menunggu langsung mengecam peristiwa “memilukan” itu sebagai bentuk perlawanan akan kekuasaan “agung” AS. Ia mengatakan bahwa ini merupakan tanggung jawab kelompok fanatik agama yang tidak menginginkan hegemoni Barat akan mereka (Irak, Afghanistan, negeri-negeri Islam (negeri dunia ketiga)). Kalau ada penduduk di negeri manapun yang memiliki nama bercitrakan Islam, dia akan langsung dicurigai sebagai anggota kelompok fanatik agama penghancur imperium kekuasaan AS.
Kini, setelah sekian lamanya aksi terorisme jarang terdengar di telinga kita, antek-antek AS mulai gerah dan kembali menghembuskannya ke tengah-tengah masyarakat dengan dalih melalui kekerasan yang dilakukan FPI beberapa waktu lalu. Masyarakat dicecoki dengan pemberitaan secara sepihak oleh media dan akhirnya langsung berkesimpulan bahwa FPI-lah biang keladi dari ketidaktenteraman masyarakat di Indonesia. Jangan heran, karena FPI memang dikenal “keras” dalam menegakkan Islam kaffah. Tak ayal lagi jika mereka akhirnya berontak ketika Rasul, yang setelahnya tiada pengganti, diinjak-injak dengan keberadaan rasul baru, Ahmad Ghulam dari Hindustan. Perlu saya informasikan disini bahwa peristiwa baku hantam di Monas tersebut sebenarnya dimulai oleh pihak AKBB. Merekalah yang menyulut kemarahan anggota FPI yang ketika itu sedang berdemonstrasi perihal pembubaran Ahmadiyah. “Hal inilah yang disampaikan Kapolri Jenderal Soetanto di forum DPR-RI. Pihak Munarman hanyalah berbekal tangan kosong sementara AKBB bersenjata api yang diletuskan berulangkali. Penghancuran Islam melalui opini pelaku kekerasan dan stigma teror sementara pupus sudah”.
Lalu siapa sih the true terrorist in this world? Jawabannya mudah saja, Amerika Serikat. Loh kok mereka? Wah anda yang sering menonton film Hollywood pasti akan geram sendiri karena gambaran kebengisan AS tak pernah muncul dalam film-film produksi negara adidaya itu. Justru dengan penyembunyian itulah, AS menjadi teroris yang paling aman keberadaannya di muka bumi ini. Mereka meneriakkan keadilan ke seluruh penjuru dunia namun tak pernah memberikan ruang bagi Palestina untuk menentukan nasib negeri merka sendiri. Mereka berkoar-koar tentang kemanusiaan dan pentingnya kesehatan, padahal dalam kenyataan yang pahit, mereka adalah penjahat manusia yang membantai 1 juta rakyat Irak meninggal, membiarkan 4 juta penduduk Irak kehilangan rumah dan perlindungan. Selain itu, pada tahun 1945, Nagasaki dan Hiroshima dibom oleh AS untuk menunjukkan kedigdayaan mereka atas bangsa-bangsa lainnya terutama Uni Soviet dan kekuatan komunis yang merupakan saingan terberat AS yang berideologi kapitalisme.
Kata-kata Bush, “either you are with us or with terrorist (bersama kami atau dengan teroris)”, benar-benar telah dia buktikan. Dia akan menggempur siapapun yang menentang kekuasaannya tak terkecuali pemerintah Indonesia yang terkesan takut kepada kekuatan Barat. Perang terorisme yang kini dilancarkan sebenarnya merupakan lanjutan Perang Salib yang sempat terjadi pada tahun 1095M dan target AS saat ini adalah kelompok yang menyuarakan kebenaran berbau Islam alias harakah Islam.
Solusi
Umat Islam jangan terpengaruh dengan isu terorisme karena pihak asing menginginkan persatuan Islam terpecah. Perlu anda ketahui bahwa umat Islam kini mulai menunjukkan keterikatannya satu sama lain. Mereka meneriakkan penerapan Syariah Islam dengan prosentase 83%.
Saudara-saudaraku sekalian, dari penjabaran fakta di atas, jelaslah bagi kita bahwa musuh-musuh Islam berasal dari kalangan orang-orang dan negara-negara kafir begitu membenci Islam dan kaum Muslim. Mahabenar Allah SWT yang berfirman:
Telah nyata kebencian dari mulut mereka (orang-orang kafir) dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami) jika saja kalian memahaminya (QS Ali Imran [3]: 118).
Mereka enggan menghentikan fitnah atas Islam dan kaum Muslim. Namun demikian, agama Allahlah yang bakal memang, sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya dari dulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan membuat pelbagai macam tipudaya untuk (menghancurkan)-mu hingga datang kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya. (QS at-Taubah [9]: 48).
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Pengirim/Sumber Artikel :
Firima Zona Tanjung, Mahasiswi Univ.Padjadjaran, Al Islam edisi 413/ Suara ISLAM ed.47
By: KP Komsat.Abd. Azzam
Mars KAMMI
kami sadari jalan ini
penuh onak dan duri
aral menghadang dan ke dzholiman
yang akan kami hadapi..
kami relakan, juga serahkan
dengan tekad di hati
jasad ini, darah ini, sepenuh ridho illahi
kami adalah panah panah terbujur
yang siap di dilepaskan dari busur
tuju sasaran, siapapun pemanahnya
kami adalah pedang pedang terhunus
yang siap terayun menebas musuh
tiada peduli siapapun pemenangnya
kami adalah tombak tombak berjajar
yang siap di lontarkan dan menghujam
menembus dada, ratakan keangkuhan
kami adalah butir butir peluru
yang siap ditembakan dan melaju
dan mengoyak menumbang ke dzoliman
kami adalah mata pena yang tajam
yang siap menuliskan kebenaran
tanpa ragu ungkapkan keadilan
kami pisau belati yang selalu tajam
bak kesabaran yang tak pernah padam
tuk arungi dakwah ini jalan panjang
asalkan ikhlas dihati, dan Hanya ridho illahi...
Mari Kita Renungkan
Ikhwah Fillah Rahimahumullah...mari sejenak kita berhenti, setelah sekian lama kita menginjakkan kaki di muka bumi ini. Mari sejenak kita duduk setelah sekian lama mengarungi derasnya samudra kehidupan, selama itu apa kontribusi nyata yang telah kita lakukan untuk bangsa ini??Ikhwah, Allah menciptakan kita bukan tanpa tujuan. Dia, Zat yang maha perkasa lagi maha kuasa mengembankan kepada kita amanah-amanah yang harus kita laksanakan. Kita punya dua tangan, namun sejauh ini apa yang sudah kita lakukan oleh tangan kita? Tangan yang telah diciptakanNya dengan berjuta kesempurnaan ini apakah sudah kita gunakan semestinya atau malah hanya kita gunakan untuk menodai DienNya? Kita punya Dua kaki yang senantiasa tegak menopang badan ini, akan tetapi apa yang sudah kita perbuat dengan kaki kita? Banyak orang di sana bahkan termasuk kita sendiri yang seakan lupa dengan nikmat allah yang berupa kaki ini sehingga hanya digunakan untuk melangkah di jalan kemaksiatan menuju jurang kenistaan. Padahal ikhwah...mungkin saja orang-orang yang belum sempat merasakan nikmat ini lebih pantas untuk mendapatkannya daripada kita. Untuk itu ikhwah, mari sejenak kita bermuhasabah,duduk dan merenung sesaat tentang bagaimana dan untuk apa kita diciptakan. Ikhwah, mari mulai sekarang kita kuatkan sendi-sendi kita, kita rapatkan barisan kita, kita satukan niat untuk melangkah. Di tengah gejolak bangsa yang melanda, diperlukan sosok yang mengerti dan peduli akan kondisi di sekitarnya. Ikhwah...untuk itu mari kita renungkan sejenak, mulai begerak demi terciptanya keadilan di muka bumi ini.